Mengapa Berani Memulai?
Ketika
kita menengok ke belakang, mengapa kita sukses saat ini! Mungkin kita
akan berpikir juga, mengapa kita bisa sukses? Kapan kita memulainya,
hingga kita sukses!
Ketika kita
sudah berkeluarga, sering kita bernostalgia! Kenapa keluarga kita
sebahagia ini! Kenapa kita seperti ini! Ya…kita bisa lanjut, dulu
kenapa ya kita berani memulainya? Modal apa yang kita punya?
Dua contoh
tersebut dapat kita gunakan untuk kita merefleksi diri! Benarkah kita
ini pemberani? Benarkah kita ini seorang “Champion”? Benarkah kita ini
seorang pemimpin? Benarkah kita ini seorang “Teladan”? Ataukah kita ini
seorang “Inspirator”? Atau kita ini hanya seorang “Pecundang”?
Contoh lain: Kevin di film Home Alone I, Kevin berani menyepak mesin cuci karena merasa itu jalan satu-satunya membuktikan mesin cuci bukanlah monster. Demikian pula sang kakek yang berhasil menemui anak dan cucunya, ia berani karena memiliki keinginan kuat, setelah diajari oleh Kevin untuk Berani Mencoba!
Semua keadaan
ini memang tidak terlepas dari apa yang pernah kita mulai, dari mana
kita memulai, kapan kita memulai, siapa partner atau inspirtator ini
semua, mengapa kita berani memulai dan bagaimana dulu kita memulai!
Komitmen!
Keadaan
ini ada karena permulaan masa lalu yang sementara waktu sering kita
lupakan, akibatnya kita juga lupa sebenarnya kita ini siapa? Bagaimana
keadaan kita waktu itu?
Contoh 1: Ada
seorang pemuda yang tanpa modal materi berani menikahi seorang gadis
anak orang berada! Ia hanya berbekal komitmen mereka berdua, bukan
cinta membara anak muda, tetapi banyak pasangan yang seperti ini dapat
mempertahankan perkawinannya selama 24 tahun, meskipun mungkin dalam
keadaan/keutuhan keluarga yang compang-camping! Namun komitmen inilah
yang mengikat mereka menjadi sekuat ini!
Contoh 2: Ada
sepasang kekasih dengan modal saling mencintai (bahkan melebihi
dosis), modal ekonomi berlimpah, modal dukungan kedua orang tua dan
saudara, modal jaminan masa depan! Tetapi, ternyata modal luar biasa
itu tak cukup mempertahankan mahligai keluarga selama lebih dari 10
tahun! Bahkan banyak yang telah rontoh hanya dalam hitungan tahun.
Lihat para artis dan anak para konglomerat, betapa demonstratifnya
cinta mereka seperti Romi dan Yuli dengan dana keuangan tak
terhitung…tetapi hancur juga! Mengapa!
Contoh 1 dan
contoh 2 hanya dibedakan oleh satu hal, yaitu komitmen. Komitmen
menyebabkan pasangan itu rela menderita, tidak mementingkan ego tetapi
mementingkan tujuan mereka berkeluarga. Jika tujuan mereka memperoleh
keturunan, maka ia akan memperjuangkan keturunan mereka!
Memulai!
Bagaimana
jika kita tarik pada perikehidupan siswa atau mahasiswa! Apakah mereka
memiliki komitmen belajar? Apakah benar mereka belajar/kuliah berdasar
komitmen membangun masa depannya? Menguasai ilmu? Ataukah hanya
sekedar nilai, lulus, melamar pekerjaan, bekerja, menikah, memiliki
anak….wah datar sekali! Mereka hidup tanpa dinamika, ia hanyalah
manusia yang mengikuti arus air mengalir, ia tak bisa menciptakan
hentakan-hentakan, momentum-momentum yang menjadikan hidup adalah
dinamis dan hidup menjadi lebih hidup dan bervariasi!
Contoh 3:
Adakah seorang perempuan atau lelaki berani menyatakan cinta tanpa
sebab? Tidak bukan? Paling tidak selama masa penjajagan dan bergaul,
tentu terdapat signal-signal atau tanda-tanda, atau karena geer, atau
terlalu pede, atau dijebak, atau dipermainkan, atau dipancing…yang
jelas ada sesuatu permulaan yang membuat orang yakin untuk melangkah!
Contoh
4: Siswa/mahasiswa memulai belajar? Apakah dari komitmen ataukah dari
stimuli teman, orang tua, cita-cita, atau tersulut oleh sebuah
dealisme….ya yang jelas pasti ada permulaan dan tidak mungkin seseorang
memulai tanpa sebab.
Permulaan
Jangan
salahkan siapa pun, jika terjadi proses memulai, karena ada permulaan
dan permulaan terpantik oleh salah satu sebab. Mungkin tumbuhn ya
keyakinan, ditemukannya sebuah jalan, munculnya keinginan berdasar pengalan, mungkin karena ada inspirasi sukses seseorang, mungkin kebuah need .
Dalam belajar munculnya N ach atau Need for Achievment, kebutuhan akan
prestasi dan muncunya harga diri, munculnya kebutuhan rasa aman, atau
mungkin yang
lebih tinggi keinginanan mewujudkan siapa dirinya!
Sebaliknya,
mengapa anak tiba-tiba menjadi malas, tiba-tiba menghentikan proses
belajar. Maka sebaliknya, mungkin hilangnya inspirasi belajar,
hilangnya kebutuhan berprestasi, hilangnya harapan, hilangnya daya
dorong, dan sebagainya!
Keyakinan
Keyakinan
memiliki peran penting menjadi pemicu dan pemacu atau pembunuh
sekaligus pengakhir prosesesi sesuatu. Pelajar belajar karena
terinsp[irasi oelh gurunya yang pandai mengidentifikasi sebuah kesuksesan. Keyakinan
bahwa ia mampu meraihnya, mampu menjadi sesuatu. Sebaliknya jika
inspirasi dan keyakinan diri hilang, maka hilang pula permulaan yang
telah mereka mulai. Dan tidak mudah memulai kembali dari start yang
kemudian berhenti!.
Tidak mudah menjadi Susno Duaji yang berani menjadi pemula pembukan kasus korupsi, meski pun ia menjadi korban!
Tidak mudah
menjadi Columbus yang memulai pertamakali mengelilingi bumi dengan
melawan arah! Tidak mudah menjadi perintis, tidak mudah menjadi
pelopor, tidak mudah menjadi pemula!
Tidak mudah pemuda berani menyatakan cintanya! Kalau ia tidak memiliki keyakinan yang muncul dari stimuli, pancingan, atau sinyal-sinyal dari sang wanita bakal menerima! Keyakinan adalah kunci!
Maka, jangan salahkan mereka, paling tidak mereka telah memulai! Mengapa ia memulai, karena mereka memiliki keberanian!
Keberanian
Tidak banyak kita temui manusia pemberani. Karena kebanyakan adalah penumpang-penumpang gelap kesuksesan!
Berapa orang yang berani menjadi calon Bupati? Yang banyak adalah
calon wakil bupati! Berapa banyak calon Presiden, yang banyak bakal
calon wakil presiden….(mungkin modalnya kecil).
Berani
bercita-cita, berani mengambil resiko, berani mencoba, berani gagal,
berani malu, berani menderita, berani mendapat malu,
berani………………..memulai!
Mari kita pupuk keberan ian, minimal melatih keberanian pada diri sendiri! Apakah Anda takut, itu wajar! Karena kita adalah manusia normal yang memiliki rasa takut, tetapi PERSOALANNYA BUKAN RASA TAKUT, TETAPI BAGAIMANA MENGALAHKAN RASA TAKUT!
Cobalah, paling-paling Cuma gagal…………………………! dan ini resiko keberanian berbuat!
Jadi, mengapa
berani memulai…………………………….mungkin….karena sudah tidak takut, memiliki
keyakinan, mendapat tanda-tanda keberhasilan, siap gagal, siap malu,
siap dipermalukan oleh anak kecil, siap sukses,….atau hanya
mencoba-coba……………….masih banyak alasan mengapa kita
memulai…………………..karena kita memulai!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar